Selasa, 06 Desember 2011

Pelajaran dari Musibah yang Menimpa Ahlus Sunnah di Yaman

 بسم الله الرحمن الرحيم
 


Tidak ada seorang muslim pun -insya Allah-, apalagi seorang Ahlus Sunnah; seorang salafi sejati, yang tidak bersedih dengan musibah yang menimpa saudara-saudaranya Ahlus Sunnah di Ma’had Darul Hadits Dammaj, Yaman, yang saat ini lagi dikepung oleh pemberontak Syi’ah –semoga Allah ‘azza wa jalla menghancurkan mereka-.

Alhamdulillah, banyak kaum muslimin di seluruh dunia menunjukkan simpati dan doa bagi keselamatan dan kemenangan Ahlus Sunnah atas pemberontak Syi’ah yang zalim ini.

Akan tetapi, hal itu tidak membuat kita lupa dengan kezaliman yang dilakukan sebagian orang di Dammaj berupa celaan-celaan mereka kepada para ulama yang telah mengakibatkan Ahlus Sunnah di seluruh dunia berpecah belah.

Kita tidak melupakan kezaliman sebagian mereka terhadap Ahlus Sunnah dengan penistaan yang mereka lakukan kepada Al-Walid Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ubaid Al-Jabiri, Asy-Syaikh Al-Faqih Abdullah Al-Mar’i, Asy-Syaikh Abdur Rahman Al-Mar’i, para masyaikh lainnya dan para penuntut ilmu –hafizhahumullah-.

Bahkan beberapa waktu lalu ketika perang sedang berkecamuk, masih ada diantara mereka yang merendahkan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah –wal’iyadzu billah-.
Oleh karena itu, termasuk bentuk pertolongan yang besar kepada mereka adalah dengan menasihati mereka agar bertaubat kepada Allah tabaraka wa ta’ala dari dosa besar ini, sehingga mereka mendapatkan pertolongan Allah ta’ala. Bagaimana pertolongan Allah ta’ala akan turun kepada mereka dalam keadaan mereka berlaku zalim kepada para wali Allah ta’ala.

“Takutlah kalian dari memakan daging para ulama dan penuntut ilmu, sesungguhnya daging mereka beracun.”
Dan hendaklah setiap kita mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa saudara-saudara kita Ahlus Sunnah di Yaman -semoga Allah ta’ala menjaga mereka-. 
Allah jalla wa ‘ala telah memperingatkan:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan musibah saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu). ”[Asy-Syuro: 30]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna ayat di atas, “Musibah apapun yang menimpa kalian wahai manusia, penyebabnya tidak lain karena dosa-dosa yang kalian kerjakan.” [Tafsir Ibnu Katsir, 7/208, cetakan Dar Thaybah 1420 H]

Maka inilah nasihat Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan -hafizhahullah- kepada Ahlus Sunnah di Dammaj secara khusus dan kaum muslimin seluruhnya untuk bersatu dan meninggalkan perpecahan.

السائل: ما نصيحتكم لإخواننا أهل السنة في اليمن الذين يقاتلهم الحوثيون؟
جواب الشيخ –حفظه الله 
عليهم بالاعتماد على الله –عز وجل-، وكثرة الدعاء، والدفاع عن أنفسهم وعن ذراريهم وعن أموالهم، يدافعون بحسب مقدرتهم، نعم
وما أصاب أهل اليمن هذا إلا بسبب تخاذلهم وتفرقهم، ولو أنهم اجتمعوا تحت راية واحدة ما استطاع أحد أن يتدخّل فيهم، لكن لمّا تفرّقوا وصارت لهم أطماع، كلٌّ له طمع حصل عليهم ما حصل، نعم
ثم قال –وفقه الله-: أنا أوصيهم بالصبر، وأوصيهم بعمل الأسباب، ومنها الاجتماع وعدم التفرقّ، (ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبروا)، (ولا تكونوا كالذين تفرّقوا واختلفوا)، عليهم بالاجتماع
الحزبيات والتفرّقات هذه ضرر على المسلمين، عليهم أن يجتمعوا جماعة واحدة على الكتاب والسنة، وأن يكونوا يداً واحدة على من سواهم، هذا شأن المسلمين، نعم

Penanya: ”Apa nasihat Anda bagi Ikhwan kita Ahlus Sunnah di Yaman yang sedang diperangi oleh orang-orang Hutsi (Syi’ah)?”
Jawaban Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan –hafizhahullah-:
“Wajib bagi mereka bergantung hanya kepada Allah ‘azza wa jalla, memperbanyak doa dan berusaha membela diri, keluarga dan harta sesuai kemampuan mereka.

Dan tidaklah musibah ini menimpa penduduk Yaman kecuali karena mereka saling melemahkan dan berpecah belah. Andaikan mereka bersatu di bawah bendera yang satu maka tidak ada seorang pun yang mampu menyusup di tengah-tengah mereka. Akan tetapi, ketika mereka berpecah belah dan muncul kepentingan-kepentingan tertentu, sehingga setiap orang memiliki kepentingan sendiri, maka terjadilah apa yang terjadi saat ini, na’am.

Kemudian beliau (Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan) –waffaqahullah- berkata, “Aku wasiatkan kepada mereka untuk bersabar dan melakukan sebab-sebab (yang dapat menyelamatkan mereka), diantaranya dengan bersatu dan tidak berpecah belah.


وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا

“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah.” [Al-Anfal: 46]

وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang (umat terdahulu) yang bercerai-berai dan berselisih.” [Ali Imron: 105]

Maka wajib bagi mereka untuk bersatu. Sedangkan hizbiyah dan perpecahan merupakan bahaya bagi kaum muslimin.

Wajib bagi mereka bersatu dalam jama’ah yang satu di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah mereka bagaikan tangan yang satu dalam menghadapi musuh, inilah seharusnya sifat kaum muslimin, na’am.
Rekaman Pelajaran Syarh Muhktashar Zaadil Ma’ad, Pelajaran Ke-60, Menit Ke-57. Direkam pada tanggal 2 Muharram 1433 H. Download rekaman di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar